Gejala DBD pada Anak yang Harus Diwaspadai, Orang Tua Wajib Tahu

banner 120x600
banner 468x60

loading…

banner 325x300

DBD merupakan penyakit infeksi serius di Indonesia hingga saat ini. Orang tua harus waspada terhadap penyakit DBD jika anak memunculkan gejala. Foto Ilustrasi/iStock

SURABAYA – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi serius di Indonesia hingga saat ini. Orang tua harus waspada terhadap penyakit DBD jika anak memunculkan gejala. Minimnya pengetahuan tentang gejala DBD pada anak mengakibatkan banyak kasus terlambat ditangani.

Pakar Kesehatan UM Surabaya Gina Noor Djalilah menjelaskan bahwa DBD sendiri terbagi menjadi tiga jenis. Yakni demam dengue, demam berdarah dengue, dan dengue syok syndrome.

“Di beberapa kasus, gejala DBD pada anak jenis demam dengue sering kali diartikan sebagai gejala flu biasa atau infeksi yang disebabkan jenis virus lainnya,” papar dosen spesialis anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) itu.

Menurut Gina, beberapa gejala di antaranya setelah digigit nyamuk, anak dapat mengalami demam tinggi 3 sampai 14 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri pada otot dan pegal linu di seluruh tubuh, muncul ruam kemerahan pada kulit, serta pembengkakan pada kelenjar getah bening.

“Demam Berdarah Dengue (DBD) mengakibatkan dampak yang semakin parah dalam tubuh anak karena adanya perembesan plasma darah dengan gejala yang terlihat seperti bengkak, sesak, perut besar, dan beberapa pendarahan spontan pada sejumlah bagian tubuh,” urai Gina.

Gina menjelaskan, munculnya gejala DBD yang sudah parah tersebut karena keterlambatan penanganan sekaligus imunitas anak masih tidak kuat melawan paparan virus, serta anak dengan komorbit seperti obesitas, meski telah mendapatkan penanganan medis. Gejala pada anak biasanya dimulai antara 24 sampai 48 jam atau panas hari ke-4 menjelang hari ke-5.

“Setelah penurunan suhu tubuh mulai terjadi, beberapa gejala akan muncul seperti sakit perut atau perut terasa nyeri saat ditekan, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi hipotermia, tangan dan kaki dingin dan pucat, muntah darah atau feses berdarah, mimisan, gusi berdarah tanpa sebab, trombosit dalam darah mengalami penurunan, kerja organ limpa mengalami kerusakan,” bebernya.

Gina juga menegaskan, jika anak sudah pada tahap ini, dia akan merasa lelah, gelisah, mudah tersinggung, dan mudah marah. Akan ditemukan adanya bocoran plasma saat dilakukan pemeriksaan.

Lebih lanjut lagi, Gina menjelaskan, DBD pada anak yang paling berat yakni dengue syok syndrome karena merupakan jenis demam berdarah yang paling fatal. Gejalanya berupa perdarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak berhenti pada area tubuh mana saja termasuk gusi, hidung, mulut, dan feses; tekanan darah menurun drastis, denyut nadi melemah; kebocoran pada bagian pembuluh darah; produksi air kecil sangat menurun atau bahkan tidak ada; terdapat kegagalan pada fungsi organ bagian dalam; hingga jumlah trombosit mengalami penurunan kurang dari 100.000 per mili meter kubik.

“Gejala demam berdarah jenis ini sangat fatal apabila tidak segera mendapatkan penanganan. DBD sendiri telah memakan banyak korban jiwa dan sebagian besar yang harus kehilangan nyawa adalah usia anak-anak,” katanya.

Gina berpesan pada orang tua agar lebih waspada serta mengetahui gejala DBD pada anak dengan menguatkan imun tubuh anak dengan mencukupi kebutuhan cairan anak, juga makanan-makanan bergizi dan asupan vitamin.

(tsa)

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *