BeritaNasional.ID, BONDOWOSO JATIM – Apes benar nasib Guru Ngaji (Guji). Disamping pendistribusiannya mengalami keterlambatan, juga nilainya ada yang tidak sama antara Guji yang satu dengan yang lainnya.
Seperti yang disampaikan Ismail Warga Desa Cidoko Kecamatan Tapen dalam grup Media Sosial (Medsos). Benyak se atanyah Nom, bede se tak cair, bede se cair 1,3jt, bede se 1350, bede se 1250…. tak padeh polana kan atanya mik pola pak bapak bede se oning.
(Banyak yang bertanya paman, ada yang tidak cair, ada yang cair Rp 1,3 juta, ada yang Rp 1.350.000,00, ada yang Rp 1.250.000,00 … tidak sama, maka saya bertanya, mungkin ada bapak-bapak yang tahu.
Menanggapi hal itu, Bambang Suwito, anggota DPRD Kabupaten Bondowoso dari Fraksi PDIP mengatakan, rata-ra tiap desa ada 20-30 guru ngaji, kalau disunat 200-an lumayan atellas. Saya prihatin beberapa waktu lalu ada maling motor di siksa.
“Diamuk oleh massa sampai luka parah, padahal hasil curiannya paling mahal dijual Rp 2 juta. BLT DD tidak pernah transparan, banyak yang di pending, setelah rame baru diserahkan sebagian. Bapak-bapak, enggan menindak, kalau ditindak kuatir gak didukung di Pilkada,” sindirnya.
Di gruop Medsos yang sama, Bakal Calon Bupati (Bacabup) Bondowoso, H. Fauzi Cahyo Purnomo, Ssos, mengatakan, perlu di rubah ahlak pihak yang dipercaya menyalurkan insentif Guji. Keberanian melakukan sesuatu adalah ruh perjuangan.
Didik Supriyanto mengatakan, mungkin bedanya, maling motor kepergok (ada buktinya, ada saksinya), ada provokatornya (untuk menghakiminya), dan masyarakat semua berani melakukan tindakan (penghakiman), sehingga maling akhirnya di eksekusi (dihukum tanpa hakim) oleh masyarakat.
“Tukang sunat anggaran tidak ada bukti (kalaupun ada bukti, saksinya tidak berani speak-up. Kalaupun saksi berani speak-up, mungkin kurang bukti, tidak ada provokatornya (kalaupun ada, tidak bisa menggerakkan massa. kalaupun bisa, dan dikasih bagian/dikasih uang tutup mulut jadi diam), akhirnya masyarakat juga bingung mau menghakiminya.
Kata Sampurno, kebanyakan kalau sudah dapat angpao, akan tutup mulut. Yang awalnya koar-koar akan mengungkap suatu kasus, setelah dijatah angpao langsung membisu seribu bahasa. Itulah Bondowoso. (Syamsul Arifin/Bernas)