Mepe Kasur, Tradisi Unik di Banyuwangi Jelang Iduladha yang Bikin Pasutri Langgeng

banner 120x600
banner 468x60

loading…

Banyuwangi memiliki tradisi unik jelang Iduladha. Tradisi ini disebut mepe kasur, yang berarti menjemur kasur. Tradisi ini dilakukan di Desa Kemiren, Glagah. Foto/SINDOnews

banner 325x300
BANYUWANGI – Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi unik jelang Iduladha . Tradisi ini disebut mepe kasur, yang dalam bahasa Indonesia berarti menjemur kasur. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

Mepe kasur dipercaya warga Banyuwangi bisa membuat harmonis dan langgeng hubungan pasangan suami istri (pasutri).

Sesuai dengan namanya, tradisi ini dilakukan dengan menjemur kasur kapuk di halaman rumah warga Desa Kemiren. Masing-masing rumah menjemur kasur saat memasuki Hari Iduladha di bulan Dzulhijjah.

Tokoh Adat Using Desa Kemiren Adi Purwadi mengatakan, tradisi mepe kasur merupakan salah satu dari rangkaian upacara adat tumpeng sewu di desanya. Di mana acara ini digelar setiap minggu pertama bulan Dzulhijjah antara hari Kamis atau Minggu.

Foto/Avirista Midaada

“Upacara adat tumpeng sewu bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur warga terhadap nikmat yang telah diberikan sang pencipta,” kata Adi kepada SINDOnews, Sabtu (8/6/2024).

Uniknya, semua kasur yang dijemur memiliki warna yang sama, yakni merah hitam. Dua warna itulah yang melambangkan sebuah harmonisasi rumah tangga dengan perpaduan prinsip keberanian hingga keabadian.

“Mungkin satu-satunya desa yang punya kasur seragam dengan warna merah dan hitam. Warna hitam warna keabadian, dan merah warna keberanian, dan kerja keras,” jelasnya.

Menurut Adi, kedua unsur itu dijadikan prinsip warga desanya dalam membangun sebuah mahligai rumah tangga. Di mana kasur dipercaya menjadi bagian yang penting dalam membangun sebuah rumah tangga.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *