Pasar kripto berada di ambang tahun transformatif pada tahun 2024. Berkat kemunculan berbagai teknologi baru, industri kripto ini siap untuk mengalami perubahan signifikan.
Kemajuan ini berpotensi meningkatkan fungsionalitas dan kegunaan (utilitas) mata uang digital serta mengatasi beberapa tantangan paling mendesak yang dihadapi pasar saat ini.
Janji Interoperabilitas
Pengembangan penting dalam teknologi blockchain adalah kemajuan protokol interoperabilitas. Kadan Stadelmann, selaku Chief Technology Officer di Komodo Blockchain, berbicara kepada BeInCrypto tentang kompatibilitas kritis antara blockchain.
“Interoperabilitas blockchain memberdayakan jaringan blockchain yang berbeda untuk berkomunikasi, berbagi data, dan berkolaborasi. Ini adalah perekat yang mengikat bersama berbagai ekosistem blockchain serta cryptocurrency, non-fungible token, dan decentralized application mereka.”
Terobosan ini memungkinkan ekosistem blockchain yang berbeda untuk saling terhubung dengan mulus, memfasilitasi lingkungan kripto yang lebih terpadu dan efisien. Seiring dengan peningkatan interoperabilitas, demikian pula dengan desentralisasi dari seluruh sektor blockchain. Hal ini akan mewujudkan pengalaman pengguna yang trustless di mana ketergantungan pada centralized exchange berkurang.
Selain itu, interoperabilitas merajut berbagai aset kripto, NFT, dan decentralized app (dApp) menjadi satu, membuka jalan untuk datangnya era decentralized exchange (DEX) cross-chain. Platform-platform ini memfasilitasi perdagangan aset antar blockchain yang berbeda dan pemindahan aset dari satu blockchain ke blockchain lain.
“Hingga kini, solusi blockchain telah dibentuk di sekitar ekosistem yang lebih kecil yang ada untuk use case yang relatif sederhana. Untuk mewujudkan hasil yang menjanjikan dari blockchain bagi rantai pasokan global yang bersinggungan dengan berbagai ekosistem dan menggunakan berbagai platform blockchain, interoperabilitas sangatlah penting,” demikian menurut para analis di Deloitte.
Oleh karena itu, inovasi ini bertujuan untuk mengatasi masalah fragmentasi likuiditas yang sudah lama ada di pasar kripto, memberikan pengalaman trading yang lebih efisien dan ramah pengguna.
“Mengembangkan atau memanfaatkan solusi cross-chain dapat memelopori dApp yang beroperasi dengan mulus di berbagai blockchain. Hal ini tidak hanya memperluas basis pengguna mereka, tetapi juga memungkinkan mereka untuk memanfaatkan berbagai ekosistem yang ada, menyajikan peluang yang tak tertandingi untuk inovasi, pertumbuhan, dan pengembangan solusi terdesentralisasi yang baru.”
Kadan Stadelmann, CTO Komodo Blockchain
Dengan demikian, sejumlah inisiatif sedang memimpin langkah menuju lingkungan blockchain yang lebih terhubung, masing-masing memperkenalkan metode dan teknologi inovatif demi kemajuan interoperabilitas.
Membangun Ekosistem Blockchain yang Terintegrasi
Pertumbuhan decentralized finance (DeFi) merupakan bukti interoperabilitas dan potensi revolusioner teknologi blockchain. Menurut Stadelmann, smart contract dan DEX telah menjadi tulang punggung DeFi. Sebab, keduanya mampu menawarkan layanan lending, borrowing, dan perdagangan peer-to-peer (P2P) tanpa memerlukan perantara keuangan tradisional.
Pada dasarnya, DeFi mendemokratisasi keuangan. Caranya dengan memperkecil hambatan untuk masuk dan mendorong inklusivitas serta transparansi finansial. Alhasil, segala keunggulan ini mampu menggoyahkan fondasi perbankan dan keuangan tradisional.
“DEX menyediakan cara untuk memperdagangkan aset kripto melalui jaringan peer-to-peer, liquidity pool automated market maker (AMM), atau bentuk hibrida yang menggabungkan teknologi P2P dan AMM. Protokol lending dan borrowing memfasilitasi peminjaman kripto P2P sementara oracle terdesentralisasi menjembatani kesenjangan antara data off-chain dan on-chain. Secara kolektif, solusi-solusi ini memberdayakan pengguna dengan kontrol yang belum pernah ada sebelumnya atas aset mereka,” tegas Stadelmann.
Sejalan dengan meningkatnya interoperabilitas, seluruh sektor blockchain menjadi semakin terdesentralisasi. Interoperabilitas sangat penting karena menciptakan pengalaman pengguna yang lebih trustless tanpa perantara pihak ketiga seperti centralized exchange.
Sebagai contoh, Polkadot menggunakan struktur parachain inovatif yang memungkinkan berbagai blockchain untuk saling terhubung dan berinteraksi dalam sebuah jaringan yang terpadu. Metode ini memfasilitasi interoperabilitas dan memperteguh keamanan serta berbagi data di antara blockchain yang saling terhubung. Karena itulah, ini menandai langkah signifikan menuju infrastruktur blockchain yang kohesif alias terintegrasi.
Stadelmann menegaskan, “Selain itu, DEX cross-chain, seperti yang terintegrasi dalam Komodo Wallet, memungkinkan pengguna untuk memperdagangkan aset di antara seluruh blockchain yang terpisah (misalnya, BTC dan ETH) atau menjembatani/memindahkan aset dari satu blockchain ke blockchain yang lain (misalnya, mengonversi BEP-20 USDT ke PLG-20 USDT).”
Di sisi lain, Cosmos menggunakan protokol Inter-Blockchain Communication (IBC) miliknya. Protokol ini memungkinkan transmisi pesan dan nilai secara langsung dan trustless antara chain otonom. Konsep “internet of blockchains” yang disajikan oleh Cosmos menekankan peran penting interoperabilitas dalam mewujudkan jaringan yang terdesentralisasi dan scalable yang diperlukan untuk kesuksesan Web3.
Sementara itu, Chainlink telah mengembangkan Cross-Chain Interoperability Protocol (CCIP) guna memfasilitasi pertukaran data dan perintah yang terstandardisasi, aman, dan lancar di berbagai blockchain. Inisiatif Chainlink ini menggarisbawahi kebutuhan penting akan pertukaran data yang aman dan tepercaya untuk mendukung masa depan kemampuan interoperabilitas blockchain.
“Bank sekarang menyadari bahwa, tanpa cara untuk terintegrasi dengan chain rekanan mereka dan dengan chain publik, mereka tak kan bisa sukses dalam aset apapun yang mereka ciptakan. Dewasa ini, interoperabilitas menjadi persyaratan mutlak [begitu juga untuk blockchain].”
Sergey Nazarov, co-founder Chainlink
Meningkatkan Privasi dan Keamanan
Adapun integrasi teknologi zero-knowledge ke dalam jaringan blockchain merupakan langkah signifikan lainnya untuk meningkatkan privasi dan keamanan. Zero-knowledge proof memungkinkan validasi transaksi tanpa mengungkapkan informasi sensitif, sehingga mampu mengatasi masalah privasi yang terkait dengan blockchain publik.
Ramani Ramachandran, selaku Chief Executive Officer di Router Protocol, mengatakan kepada BeInCrypto bahwa zero-knowledge proof berkontribusi dalam menciptakan transaksi yang aman dan privat, yang sangat penting dalam aplikasi di mana sensitivitas data menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, inovasi kriptografi yang penting ini sangat krusial untuk berbagai use case yang menuntut kerahasiaan, menjadikannya landasan bagi aplikasi blockchain di masa depan.
“Mengadopsi zero-knowledge proof adalah langkah signifikan untuk mencapai keseimbangan antara transparansi dan privasi dalam jaringan blockchain, membuatnya lebih cocok untuk berbagai aplikasi yang lebih luas, termasuk aplikasi yang membutuhkan perlindungan data yang ketat,” jelas Ramachandran.
Demikian juga, Vitalik Buterin, co-founder Ethereum, percaya pada penggunaan privacy pool sebagai mekanisme untuk meningkatkan kerahasiaan dalam transaksi finansial. Pendekatan ini menggunakan zero-knowledge proof untuk memungkinkan individu untuk membuktikan pemisahan mereka dari dana apapun yang terkait dengan aktivitas yang ilegal/melanggar hukum.
“Kemajuan logis berikutnya dalam upaya untuk meningkatkan privasi kriptografi melibatkan pengenalan zero-knowledge proof untuk tujuan umum, seperti yang digunakan di blockchain seperti Zcash dan sistem smart-contract on-chain seperti Tornado Cash. Sistem-sistem tersebut memungkinkan set anonimitas dari setiap transaksi berpotensi sama dengan keseluruhan set dari semua transaksi sebelumnya.”
Vitalik Buterin
Buterin menekankan bahwa solusi yang didasarkan pada zero-knowledge proof diantisipasi akan mengalami pertumbuhan yang substansial selama tahun depan. Lonjakan ini diperkirakan akan terjadi seiring dengan perubahan regulasi global dan individu yang semakin memprioritaskan perlindungan privasi mereka.
Kendati demikian, Stadelmann menekankan bahwa industri ini masih rentan terhadap ancaman lain dan “rintangan baru yang mungkin belum ada saat ini”. Ini termasuk komputasi kuantum, kemajuan dalam artificial intelligence (AI), dan masalah lingkungan, yang semuanya menimbulkan tantangan signifikan. Tak hanya itu, Ramachandran juga menyoroti risiko ketidakpastian regulasi.
“Regulasi nyaris menjadi satu-satunya hal yang saya lihat menghambat pertumbuhan dan adopsi teknologi blockchain. Teknologi sudah ada, pengembang dan peminatnya juga ada, kita hanya belum memiliki buku aturan yang pasti. Hal ini membuat calon pengguna, pengusaha, dan investor menjadi skeptis dan sangat berhati-hati untuk terlibat, lantaran menganggapnya sebagai risiko yang terlalu besar.”
Sebagai kesimpulan, membekali diri dengan informasi terkini dan terlibat dalam perkembangan regulasi sangatlah penting. Khususnya, untuk menghadapi hambatan-hambatan ini dan memaksimalkan potensi transformatif dari teknologi blockchain. Stadelmann mengajak para pengusaha untuk terlibat dalam komunitas blockchain, mengambil bagian dalam dialog seputar regulasi, dan mendukung inovasi teknologi sebagai langkah proaktif dalam menghadapi setiap tantangan yang muncul.
Bagaimana pendapat Anda tentang potensi berbagai teknologi baru ini untuk merevolusi sektor kripto di tahun 2024? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.