BeritaNasional.ID, BONDOWOSO JATIM – Pada bulan November 2024 akan digelar Pilbup di Kabupaten Bondowoso. Lima tahun yang lalu, PPP berhasil mengusung kader terbaiknya mejadi Bupati berkoalisi dengan PDIP.
PPP mengaku, saat berkoalisi dengan PDIP, pecah kongsi di tengah jalan. Akibatnya, yang dirugikan bukan hanya warga Bondowoso, tetapi secara poltis PPP terkena dampaknya. Kondisi tidak kondusip.
Saat itu, pasangan SABAR (Salwa-Bahtiar) berhasil mengalahkan pasangan DADA (Dafir-Dayat) yang diusung PKB bersama Parpol lain. DADA merupakan representatif dari incumbent, sedangkan SABAR dari kelompok oposisi.
Di legislatif, PDIP memilih berkoalisi dengan kubu DADA, sedangkan di eksekutif, antara Bupati Drs. KH. Salwa Arifin (PPP) dengan Wakil Bupati H. Irwan Bahtiar Rahmat, SE (PDIP) tidak sejalan.
Saat itu, hasil Pileg 2014, PPP berhasil meperoleh 6 kursi, sedangkan PDIP 8 kurisi, total 14 kursi. Jadi melebihi syarat 20% mengusung Bupati dan Wakil Bupati. Yang dibutuhkan hanya 9 kursi atau setara 20%.
Hasil Pileg tahun 2024, PPP berhasil menambah 1 kursi, dari 6 menjadi 7. Sedangkan perolehan suara PDIP turun drastis, dari 8 kursi menjadi 5 kursi, turun 3 kursi. Tentu kondisi ini mempengaruhi politik dalam Pilbup 2024.
Sekretaris DPC PPP Kabupaten Bondowoso, H. Barri Sahlawi Zain, Mag mengatakan, belum menemukan figur seunggul Kiai Salwa, sapaan Drs. KH. Salwa Arifin untuk dicalonkan sebagai Bupati Bondowoso periode 2024-2029.
“Dalam Pilbup mendatang, baik kader PPP maupun tokoh diluar PPP belum menemukan tokoh sebaik Kyai Salwa. PPP masih mengkaji, menggodok dan akan melakukan konsultasi ke DPW dan DPP,” kata Sahlawi, sapannya.
Di Bondowoso, lanjutnya, figur dan kultur menjadi penting untuk dijadikan pertimbangan, walaupun bukan satu-satunya. PPP memberikan peluang, baik pada Kyai maupun non Kyai, untuk maju dalam Pilbup. (Syamsul Arifin/Bernas)