Bitcoin halving adalah peristiwa penting di pasar kripto, di mana laju penerbitan pasokan BTC yang baru akan berkurang setengahnya. Adapun pengurangan ini diprediksi akan meningkatkan kelangkaan sekaligus berpotensi mendongkrak harga Bitcoin naik. Khususnya, jika jumlah permintaan tetap konstan atau bahkan naik.
Agenda Bitcoin halving yang akan datang telah memancing minat dan spekulasi yang signifikan. Akibatnya, banyak pakar memprediksi kenaikan harga yang substansial.
Dampak Bitcoin Halving Berikutnya pada Harga
Secara historis, Bitcoin telah mengukir kenaikan harga yang luar biasa selepas peristiwa halving, walaupun tidak secara langsung. Hannah Phung, Lead Data Analyst di SpotOnChain, mengatakan kepada BeInCrypto bahwa kenaikan harga cenderung terjadi sekitar 6 hingga 12 bulan setelah gelaran halving.
Contohnya, setelah halving pertama pada November 2012, harga Bitcoin meroket dari kisaran US$12 menjadi US$1.000 lebih di akhir tahun 2013. Demikian pula, halving kedua pada Juli 2016 membuat harga Bitcoin melejit dari kisaran US$650 menjadi nyaris US$20.000 pada Desember 2017. Sementara, halving ketiga pada Mei 2020 silam juga mengakibatkan harganya terbang dari kisaran US$8.000 ke rekor tertinggi sepanjang masa di US$69.000 pada November 2021.
“Secara teori, pengurangan pasokan bakal meningkatkan kelangkaan, yang selanjutnya bisa mendongkrak harga, terutama jika permintaan tetap stabil ataupun naik. Selain itu, berkurangnya pasokan juga berarti miner memiliki lebih sedikit BTC untuk dijual guna menutupi biaya [operasional] mereka, sehingga mengurangi tekanan jual.”
Hannah Phung, Lead Data Analyst SpotOnChain
Pasar kripto sendiri telah mengalami evolusi signifikan sejak halving-halving sebelumnya. Ini berkat adopsi yang makin luas dan minat institusi yang terus meningkat. Nyatanya, permintaan dari exchange-traded fund (ETF) Bitcoin bisa membawa kompleksitas baru pada dinamika harga serta potensi pelonggaran kebijakan moneter.
Karena sejumlah alasan ini pula, sejumlah analis memprediksi harga Bitcoin berpotensi melesat naik hingga US$200.000 atau US$500.000. Hanya saja, timing dan skala tepatnya masih belum jelas.
“Meskipun tren masa lalu menyajikan beberapa wawasan, pasar kripto tidak dapat diprediksi. Tidak ada jaminan bahwa halving mendatang akan mengikuti pola yang sama persis dengan yang sebelumnya. [Sebab,] Pasar Bitcoin saat ini jauh lebih besar dan lebih mapan dibandingkan dengan halving-halving sebelumnya. Namun, saya sangat optimistis akan adanya kenaikan harga pasca halving, hanya saja, timing dan besarnya masih belum pasti,” lanjut Phung.
Sentimen Pasar sebagai Barometer Harga BTC
Sentimen pasar kripto biasanya mengalami serangkaian fase yang berbeda sebelum dan sesudah peristiwa Bitcoin halving. Adapun selama pra-halving, antisipasi meningkat, yang umumnya melahirkan sentimen bullish. Sementara pasca-halving, sentimen mungkin mengalami peningkatan jangka pendek. Hal ini karena pemangkasan pasokan BTC yang baru mulai berlaku.
Untuk mengukur sentimen pasar dan potensi pergerakan harga, investor perlu memperhatikan beberapa indikator selama fase-fase ini. Di antara indikator ini meliputi analisis teknikal, berita dan media sosial, serta analisis on-chain.
“Indikator teknikal seperti grafik harga dan volume perdagangan dapat memberikan wawasan tentang sentimen pasar. Sementara itu, berita dan diskusi media sosial seputar Bitcoin dan halving dapat mengungkap sentimen investor. Menganalisis data on-chain, seperti alamat aktif atau arus masuk/keluar bursa, juga dapat menunjukkan perilaku investor. Terakhir, arus masuk bersih ke ETF Bitcoin menandakan perilaku pembelian,” jelas Phung.
Menurut Phung, perilaku investor juga menunjukkan perubahan signifikan sebagai respons terhadap peristiwa Bitcoin halving. Beberapa tren yang umum terjadi meliputi peningkatan toleransi risiko, fokus pada kepemilikan jangka panjang, dan masuknya investor institusional.
Selanjutnya, lonjakan aksi beli akibat FOMO (fear of missing out) mungkin hanya berumur pendek. Namun, meningkatnya keterlibatan institusi menunjukkan fokus pada kepemilikan jangka panjang. Hal ini berpotensi menciptakan pasar yang lebih matang dengan dampak yang berkelanjutan. Kemudian, narasi seputar halving ini juga dapat mendorong institusi untuk melihat pengurangan pasokan sebagai faktor positif untuk apresiasi harga jangka panjang.
Strategi Manajemen Risiko oleh Institusi
Walaupun demikian, segenap institusi kemungkinan besar akan menerapkan strategi manajemen risiko yang kuat dalam berinvestasi Bitcoin. Mereka akan menimbang potensi keuntungan terhadap volatilitas inheren dari aset yang bersangkutan.
“Meski Bitcoin menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, aset ini juga membawa risiko yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan aset tradisional. Karenanya, investor perlu menilai tren dan korelasi ini dengan cermat saat mengintegrasikan Bitcoin ke dalam portofolio investasi mereka,” pungkas Phung.
Sebagai alat penyimpan nilai jangka panjang, mirip dengan emas, Bitcoin dengan pasokan yang terbatas dan sifat terdesentralisasinya tentu menarik bagi investor yang mencari lindung nilai terhadap inflasi. Terlebih, integrasi dengan sistem keuangan tradisional semakin memantapkan legitimasi Bitcoin. Alhasil, dengan kondisi pasar semacam ini, Bitcoin halving yang akan datang bisa memicu peningkatan stabilitas harga dalam jangka panjang berkat menyusutnya jumlah pasokan.
Bagaimana pendapat Anda tentang dampak Bitcoin halving pada harga dan sentimen investor nantinya? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.