Dalam beberapa bulan terakhir, segerombolan holder Bitcoin (BTC) telah terimbas signifikan oleh gagalnya koin ini untuk stabil di atas US$70.000. Kelompok ini terdiri dari holder jangka pendek (short-term holder / STH)—investor yang memegang aset kurang dari 155 hari.
Sementara pasar lainnya masih mencatat profit walau harga BTC bermasalah, STH-nya terus mencatat kerugian dalam investasi mereka.
Holder Jangka Pendek Bitcoin Hadapi Rekor Kerugian
Dalam laporan terbaru, penyedia data on-chain Glassnode menemukan holder jangka pendek BTC terus menderita kerugian tak terealisasi yang lebih besar ketimbang investor lainnya di pasar. Melabeli mereka sebagai “kelompok yang paling berisiko”, Glassnode menyatakan bahwa besarnya kerugian yang dialami oleh kategori holder koin ini membludak selama beberapa bulan terakhir.
Perusahaan analitik on-chain ini mengevaluasi rasio market value to realized value (MVRV) holder jangka pendek BTC. Mereka menangkap, nilainya masih berkutat di bawah 1 dan sekarang berada di “level serupa dengan Agustus 2023 selama reli pemulihan pasca keruntuhan FTX”.
Ketika rasio MVRV suatu aset berada di bawah 1, maknanya nilai pasarnya lebih rendah daripada harga rata-rata yang dibayarkan oleh para holder untuk memperolehnya. Karena itu, jika mereka menjual, mereka akan menelan kerugian.
“Ini memberi tahu kita bahwa rata-rata investor baru sedang menanggung kerugian tak terealisasi. Secara umum, sampai harga spot mencapai kembali basis biaya STH sebesar US$62.400, diantisipasi kelemahan pasar berlanjut,” beber Glassnode.
Buntut lonjakan kerugian baru-baru ini, holder jangka pendek (STH) Bitcoin telah menata ulang strategi mereka. Menurut Glassnode, “kekayaan yang dimiliki oleh investor baru menurun selama beberapa bulan terakhir” karena STH mendistribusikan koin mereka ke pasar.
Namun, di sisi lain, holder jangka panjang (long-term holder / LTH) justru mengurangi aksi ambil untung dan menggenjot akumulasi mereka. Sehingga, ini menunjukkan strategi yang berseberangan antara kedua kelompok holder. Pola ini juga terlihat di kalangan BTC whale.
“Untuk Bitcoin, grafik utama yang terus terlihat menjanjikan adalah yang menunjukkan bahwa whale terus mengakumulasi. Selama 3 bulan terakhir, wallet yang menampung lebih dari 10 BTC telah menambahkan total 34.200 koin lagi,” ujar Brian Quinlivan, Lead Analyst Santiment, dalam wawancara eksklusif dengan BeInCrypto.
Prediksi Harga BTC: Masih Adakah Tren Turun Mengintai?
Adapun setelan teknis BTC mengisyaratkan adanya peluang anjlok harga lebih lanjut. Terlebih, pada waktu publikasi, Awesome Oscillator yang berperan mengukur momentum pasar memancarkan angka negatif.
Pada -1.545, Awesome Oscillator BTC memberi tahu bahwa aksi harga jangka pendek lebih lemah daripada aksi jangka panjangnya, sinyal dari momentum bearish. Di samping itu, Chaikin Money Flow (CMF), yang kini terperangkap dalam tren turun, juga menampilkan keluarnya likuiditas dari pasar BTC.
Jika tren ini berlanjut, harga sang raja kripto ini bisa jadi bakal tergelincir ke US$53.968. Namun, jika aktivitas beli sanggup melampaui tekanan jual, nilai koin ini berpeluang mengawali reli menuju US$57.291.
Bagaimana pendapat Anda tentang proyeksi harga Bitcoin (BTC) menurut analisis on-chain ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.