Pekan ini menjadi mimpi buruk bagi Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan. Setelah nyaris menyentuh US$60.000, harga Bitcoin tiba-tiba longsor 5% dan sekarang diperdagangkan di angka US$56.400.
Drop ini sangat terimbas oleh arus keluar substansial dari produk exchange-trader fund (ETF) Bitcoin spot.
Pasar Kripto Masuki Fase “Extreme Fear” saat Bitcoin Terkendala
Meskipun pasar AS tutup pada hari Senin, arus keluar besar-besaran kembali terjadi setelahnya. Pada hari Selasa (3/9) saja, ETF Bitcoin spot mencatat arus keluar bersih sebesar US$287,78 juta.
Kemudian, pada hari Rabu (4/9), ETF kembali mencatat arus keluar tambahan senilai US$37,29 juta. Lalu, disusul oleh US$211,15 juta pada hari Kamis. Jadi, totalnya, ETF Bitcoin spot mencatat arus keluar sebesar US$536,22 juta pekan ini.
Menyaksikan arus keluar ini, barisan pemimpin industri mengemukakan pandangan bearish mereka terkait Bitcoin. Sebut saja Arthur Hayes, Co-founder crypto exchange BitMEX, yang secara terang-terangan mengatakan dirinya memasang posisi short untuk Bitcoin. Ia membidik target penurunan di bawah US$50.000.
“BTC terasa berat, saya mengincar harga di bawah US$50.000 akhir pekan ini. Saya pasang short yang agak berani. Doakan saya, karena saya ini seorang degen,” tulis Hayes di X (sebelumnya Twitter).
Tak mau ketinggalan, trader kawakan Peter Brandt menerka peluang Bitcoin untuk turun hingga sedalam US$46.000.
“Ini disebut segitiga meluas terbalik atau megaphone. Uji coba terhadap batas bawahnya akan berada di sekitar US$46.000. Dorongan masif ke rekor harga ATH baru diperlukan untuk mengembalikan bull market Bitcoin ke jalurnya. Aksi jual lebih kuat daripada aksi beli dalam pola ini,” terang Brandt.
Selain itu, laporan non-farm payroll pekerjaan AS juga akan terbit hari ini (6/9). Data ini sangat penting karena bisa berimbas pada keputusan suku bunga Federal Reserve. Adapun laporan pekerjaan yang lemah bulan lalu telah memicu ketidakstabilan pasar global, yang juga berdampak pada aset kripto.
“Rilis data payroll AS yang akan datang sangat investor nantikan, sebab bisa memengaruhi keputusan Federal Reserve terkait potensi besaran pemotongan suku bunga bulan ini. Volatilitas pasar mencerminkan ketidakpastian seputar indikator ekonomi penting ini,” tutur Avinash Shekhar, CEO crypto derivative exchange Pi42, kepada BeInCrypto.
Sebagai akibatnya, pasar kripto pun tergelincir ke zona “extreme fear” alias ketakutan ekstrem, menurut crypto fear & greed index yang mengukur sentimen pasar. Pada tanggal 6 September, indeks ini terjun ke angka 22, menunjukkan kondisi “extreme fear”—sebuah penurunan tajam dari skor hari sebelumnya yang berada di angka 29, yang dilabeli sebagai “fear”. Dengan demikian, ini menandai skor terendahnya sejak 8 Agustus, yakni ketika indeks mencapai 20.
Meski sentimen negatif merajalela, sebagian trader menangkap peluang potensial. Sebut saja Quinten Francois, seorang investor kripto kenamaan, yang menyoroti bahwa sentimen pasar mencerminkan kondisi saat Bitcoin terakhir kali menyentuh harga terendah US$16.000 pada November 2022 silam. Oleh karenanya, ia menganjurkan investor untuk mengambil tindakan yang tepat selaras dengan kondisi itu.
Namun, penting untuk menyadari bahwa “extreme fear” bisa terus bertahan. Sehingga, skenario itu berpotensi menyebabkan ketidakpastian pasar yang berkepanjangan.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi bearish harga Bitcoin (BTC) dari kedua pakar ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.